Kamis, 13 Juli 2017

Kamis, 06 Juli 2017

Aksara Jawa Baru

Aksara Jawa Baru merupakan hasil pembakuan Aksara Jawa Kuna dalam kurun waktu abad ke-8 sampai dengan abad ke-18 masehi dengan memilih dan memperkirakan bentuk baku dari Aksara Jawa Kuna, keragaman bentuk huruf dan sandangan Aksara Jawa Kuna dalam kurun tersebut dipilih berdasarkan huruf dan sandangan yang mudah ditulis, diingat dan mudah dibedakan antar sesamanya sedangkan sistem penulisan hasil penyesuaian sistem penulisan Aksara Sukuh sekitar abad ke 14 masehi yang tidak menggunakan huruf gantung. Aksara ini digunakan untuk menuliskan Bahasa Jawa kontemporer. Aksara Jawa Baru juga lazim disebut dengan istilah Aksara Nusantara.

Jenis Aksara: Brahmi dan Abjad
Bahasa: Jawa, Indonesia
Periode: sekitar abad ke-8 hingga sekarang

Silsilah:

Abjad Proto-Sinaitik
Abjad Fenisia
Abjad Aramea
Aksara Brahmi
Aksara Pallawa
Aksara Kawi
Aksara Sukuh
Aksara Jawa Baru

Aksara kerabat:

Jawa
Bali
Batak
Baybayin
Buhid
Hanunó'o
Lontara
Sunda Kuno
Rencong
Rejang
Tagbanwa

Latar Belakang dan Sejarah:

Kebutuhan akan aksara milik sendiri yang mudah digunakan, efektif dan efesien dalam penulisan modern mendorong untuk merekontruksi Aksara Jawa Kuna sebagai wujud kesinambungan kepemilikan aksara.

Perbandingan antara Aksara Jawa Baru dan Aksara Jawa Kuna:

Aksara Jawa Baru merupakan hasil rekontruksi Aksara Jawa Kuna yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Jawa kontemporer. Penyesuaian itu antara lain didasarkan atas pedoman sebagai berikut:
1) Bentuknya mengacu pada Aksara Jawa Kuna dalam kurun abad ke-8 sampai abad ke-16 masehi sehingga keasliannya dapat terjaga,
2) Bentuk huruf dipilih yang paling mudah diaplikasikan dan mudah dibedakan antar huruf,
3) Sistem penulisan tidak menggunakan huruf gantung karena alasan penghematan ruang tulis,
4) Sistem penulisannya berdasarkan pemisahan kata demi kata,
5) Ejaannya mengacu pada Bahasa Jawa mutakhir agar mudah dibaca.
6) Dalam pelaksanaannya, penyesuaian tersebut meliputi penambahan Aksara Rekan (misalnya huruf va dan fa), huruf re pepet dan le pepet sangat jarang digunakan, Aksara Swara selain a tidak digunakan dan penyesuain angka dalam basis horizontal.

Sistem penulisan Aksara Jawa Baru:

Aksara Jawa Baru (Aksara Nusantara) terdiri dari 20 Aksara Wyanjana (huruf nglegena), 20 Aksara Rekan (huruf jarang digunakan), 20 Sandangan (diakritik), 10 Aksara Swara (huruf vokal), 7 Aksara Dirgaswara (huruf vokal panjang).

Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara memperbolehkan tiga sistem penulisan yaitu :

1) Sistem Tulis Abjad dengan diakritik, di mana seluruh huruf dalam Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara adalah konsonan dan akan berbunyi saat diberikan sandangan : Tarung untuk bunyi a, Wulu untuk bunyi i, Suku untuk bunyi u, Taling Tarung untuk bunyi o, Pepet untuk bunyi ê dan Taling untuk bunyi è dan sandangan lainnya.
2) Sistem Tulis Brahmi, di mana seluruh huruf Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara telah melekat bunyi vokal a dan menggunakan sandangan untuk mengubah bunyi seperti Wulu untuk bunyi i, Suku untuk bunyi u, Taling Tarung untuk bunyi o, Pepet untuk bunyi ê, Taling untuk bunyi è, Tudhung untuk menghilangkan bunyi a pada huruf, dan sandangan lainnya.
3) Sistem Tulis Abjad tanpa diakritik, di mana seluruh huruf Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara telah melekat bunyi vokal a, dituliskan tanpa menggunakan sandangan di mana pembaca membedakan bunyi huruf dengan cara melihat kombinasi huruf.

Aksara Swara:


 
Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara memperlakukan Aksara Swara (Huruf Vokal) layaknya sebagai huruf yang melekat bunyi a, sehingga untuk mengubah bunyi membutuhkan sandangan.

Aksara Wyanjana:

 

Aksara Wyanjana adalah aksara nglegena merupakan aksara asli dalam Bahasa Jawa, sehingga intensitas penggunaannya sangat tinggi.

Aksara Rekan:


 

Aksara Rekan merupakan aksara yang sangat jarang digunakan dalam penulisan Bahasa Jawa, tetap digunakan dalam intensitas kecil.

Sandangan:

 


Aksara Jawa Baru/Aksara Nusantara memiliki sandangan sebagai berikut :

Wulu
Suku
Pepet
Taling
Tarung
Taling Tarung
Dirgamure
Dirgamure Tarung
Cakra
Keret
Pengkal
Cecak
Layar
Wignyan
Cakrabindu

Angka:



Tanda baca:


Aksara Jawa Baru menggunakan simbol yang dikenal dalam hubungan internasional. Contohnya: tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dsb.

Karya-Karya dalam Aksara Nusantara


 
1) Al-Quran Terjemahan Aksara Nusantara, ditulis dengan Aksara Nusantara dan Bahasa Indonesia oleh Wahyu R. Soemitra Wijaya
2) Al-Quran Tafsir Al-Jalalain Aksara Nusantara, ditulis dengan Aksara Nusantara dan Bahasa Indonesia Oleh Wahyu R. Soemitra Wijaya
3) Surat Yasiin Aksara Nusantara, ingkang kajarweaken mawi bhasa jawi, ditulis dengan Aksara Nusantara dan Bahasa Jawa Oleh Wahyu R. Soemitra Wijaya

Sample text (in Indonesian)


Transliteration
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
 
Translation
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
(Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights)

Handwritten sample texts 



Referensi: