Minggu, 10 Januari 2016

Tabel Sejarah Huruf Latin








Aksara Bugis



Aksara Bugis berbasis SUKU KATA (silabel) berstruktur Konsonan-Vokal (KV). It is a simple VC Syllable Type.

Silabel-silbel tersebut semua berbunyi dasar A (kecuali 4 Silabel tambahan berstruktur komplex, mengandung nasal : Ngka-Mpa-Nra-Nca). 4 Pengecualian ini tidak terdapat dalam Aksara Makassar

Aksara Bugis hanya terdiri dari 23 Silabel Dasar.

Catatan 1:
Ada 17 Konsonan dalam Aksara Bugis, dibuat dengan cara membuat GARIS BAWAH pada Silable Dasar. Walaupun Konsonan belum diformalkan, berbagai kalangan masyarakat sudah mencoba memakai konsonan tersebut untuk tujuan:

1. Memudahkan pembelajaran Aksara 

2. Memungkinkan Aksara Bugis dipakai untuk menulis kalimat berbasis NON-BUGIS (Contoh Kalimat Bahasa Indonesia, ditulis menggunakan Aksara Bugis. Kalimat SAYA MAU MAKAN, sangat bisa ditulis dengan Konsonan. Pada Aksara tanpa konsonan, maka hanya tertulis SAYA MAU MAKA).

Catatan 2:
Ada beberapa huruf yang tidak ditemukan dalam Aksara Bugis seperti : f, q, v, x, z. Untuk menutur berbasis non-Bugis, silakan memakai Silabel yang kedengaran mendekati, atau sesuai kesepakatan umum. Misal: ZAMAN, secara suara bisa ditulis SAMAN, namun secara kebiasaan bisa ditulis JAMAN.



 


 


 


 





 Sumber :

Rabu, 06 Januari 2016

Huruf Angka

Saat ini, kita tentu tidak asing dengan cara penulisan angka dengan menggunakan huruf. Yang paling sering kita temui dan tentu dipelajari secara umum di bangku sekolahan adalah Angka Romawi.

Angka romawi adalah sistem angka yang digunakan pada zaman Roma kuno. Mereka menggunakan kombinasi huruf dari alfabet Latin untuk melambangkan nilai-nilai yang berbeda. Mempelajari angka romawi dapat membantu Anda membuat garis besar, memahami budaya Romawi kuno, dan menjadi lebih berbudaya.

Tabel Angka Romawi adalah sebagai berikut :


Cara penulisan Bilangan Romawi :  
1. Sistem pengulangan:
 
- Pengulangan dilakukan pling banyak 3 kali.
- Lambang bilangan Romawi yang dapat diulang adalah : I, X, C dan M.
- Lambang bilangan Romawi V, L dan D tidak boleh diulang.

Contoh pengulangan:
  • I = 1 C = 100
  • II = 2 CC = 200
  • III = 3 CCC = 300
  • X = 10 M = 1000
  • XX = 20 MM = 2000
  • XXX= 30 MMM = 3000
 
2. Sistem Pengurangan :
 
Apabila bilangan Romawi yang di sebelah kiri lebih kecil daripada yagn sebelah kanannya, maka bilangan yang disebelah kanan dikurangi dengan bilangan yang di sebelah kirinya . Pengurangan ini hanya dapat dilakukan 1 kali.

Contoh :
IV = 5 – 1 = 4
IX = 10 – 1 = 9
XL = 50 – 10 = 40
XC = 100 – 10 = 90
CD = 500 – 100 = 400
CM= 1000 – 100 = 900

3.Sistem Penjumlahan
 
Apabila bilangan Romawi diikuti dengan bilangan Romawi yang sama atau lebih kecil, maka bilangan Romawi tersebut harus ditambahkan. Penjumlahan ini hanya dapat dilakukan paling banyak 3 angka.

Contoh :
  • VI = 5 + 1 = 6
  • VII = 5 + 2 = 7
  • VIII = 5 + 3 = 8
  • XI = 10 + 1 = 11
  • XII = 10 + 2 = 12
  • XIII = 10 + 3 = 13
  • XV = 10 + 5 = 15
  • XVI = 10 + 6 = 16
  • LX = 60 + 10 = 60
  • CL = 10 + 50 = 60
  • DC = 500 + 100 = 600
  • MD = 1000 + 500 = 1500
 
4. Sistem Gabungan :
 
Gabungan antara sistem pengurangan dan penjumlahan.

Contoh :
  • XIV = 10 + (5-1) = 14
  • CXLIV = 100 + (50-10) + (5-1) = 144
  • CMXCVII = (1000 – 100) + (100 -10) + 7 = 997

Huruf Yunani sebagai leluhur huruf Latin juga mengenal sistem penomoran seperti itu, disebut sebaga akrofonik sistem.


Selain ini, Huruf Yunani juga mengenal sistem huruf-angka. Dalam huruf angka ini, Huruf Yunani juga menggunakan bentuk huruf arkais (bentuk kuno yang sudah tidak dipakai dalam Yunani standar). Daftarnya adalah sebagai berikut :


Dalam Abjad Ibrani / Hebrew juga dikenal sistem huruf-angka seperti ini. Dalam Abjad Ibrani, sistem ini disebut dengan Gematria. Ada banyak macam gematria, namun secara standar adalah sebagai berikut :


Abjad Arab merupakan generasi Abjad Semit yang diturunkan melalui Abjad Nabatea (Nevayot). Sebagaimana saudaranya yaitu huruf Siria, Abjad Arab juga merupakan bentuk kursif dari Abjad Nabatea, dimana memiliki bentuk yang berbeda saat berada di tengah dan akhir dari sebuah kata.

Sama seperti saudara-saudaranya, baik Abjad Ibrani, Arab maupun Siria, dalam beberapa huruf memang memiliki pengucapan ganda. Di masa kini, tanda titik atau strip berfungsi untuk menjadi pembeda dalam ucapan yang berbeda tersebut. Untuk mempermudah pembelajaran, Abjad Arab biasanya diurutkan berdasarkan kemiripan bentuk huruf (a, ba, ta, tsa). Perhatikan baik-baik perbandingan susunan Abjad Arab berikut ini :


Susunan Abjad Arab (abjadun), merupakan susunan huruf yang sangat mirip dengan Abjad Semitik yang lain. Perbedaannya hanyalah pada tambahan beberapa Huruf dibagian belakang, yang memang merupakan pengucapan ganda pada Abjad Arab (saat ini sudah dibedakan dengan pemberian tanda titik, sehingga lebih memudahkan).  Perhatikan baik-baik perbandingan-nya dengan Abjad Ibrani :


Sama halnya dengan saudara-saudaranya, Abjad Arab juga mengenal Kaidah Abjadiyyah atau Huruf-Angka yang digunakan dalam Ilmu Hikmah. 


Susunan Abjad Arab ini bisa dihafal dengan bacaan : Abjadun hawazun hathoya kalamanun sa'a-fa shun qorosyun ta tsa kho dzun dlo zho ghun.

Sumber :
omniglot.com
rasasejati.org (rasasejati.wordpress.com)
(luluyangmaniz.blogspot.co.id & amizhou.blogspot.co.id)
bocahangonantibledeg.blogspot.co.id
ibumega.blogspot.com
http://archive.kaskus.co.id/thread/3014211/
http://id.wikihow.com/Mempelajari-Angka-Romawi