Rabu, 08 Juli 2015

Conscript : Aksara Wansagraf - 5


Contoh penggabungan konsonan dan vokal dalam sebuah suku kata sederhana, yg hanya terdiri dari sebuah konsonan diikuti sebuah vokal. Untuk huruf vokal I, E tajam dan O lemah ada dua pilihan bentuk, sedangkan untuk vokal O tajam ada hingga tiga pilihan bentuk.

Proses pembentukan kata "ASNAWI" dalam Wansagraf, ada dua versi...

Proses pembentukan kata "KODOK" dalam Wansagraf, mulai dari dasar sekali, yaitu per huruf...

Proses pembentukan kata "JOGJA" dalam Wansagraf, mendemokan perubahan bentuk morph tegak pada vokal atas (A) ketika ketemu bentuk tegak konsonan atas (J)...

Proses pembentukan kata "KARTU" dalam Wansagraf, mendemokan perubahan bentuk morph tegak pada vokal bawah (U) ketika ketemu bentuk tegak konsonan tengah bawah (T)...

HIATUS
20 MEI 2012

Sumber :

Conscript : Aksara Wansagraf - 4

 
 Logo ini merupakan sebuah tulisan Wansagraf yang berbunyi "WANSA"

 
Aksara Wansagraf

 Nama-nama dosen di STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ditulis menggunakan aksara Wansagraf

 
NUR SETIYA-NING-SIH IKA PRAMA SARI
NUR SETIYA-NING-RUM UDI RAHAYU SRI PA-WENING



Yogyakarta

 
Guntur Super

 
Choerun Asnawi


Nafiza Salma Zulaikha


Dias Aditya Herawan
Siti Setyowati
Horacio Dos Santos
Tabina Callysta
Dwi Ratna Cahyani
Mustika Ayu Perwitasari
Abriarenny Sholihah Madya Asmara
Leo De Jesus
Bisma Swandita Pratama
Alan Fajar Jatmika
Cahya Manggarani
Noer Setiyaningsih Ika Prama Sari
Noer Setiyaningrum Udi Rahayu Sri Pawening



Ejaannya: DIAS ADITYA HERA-WAN


Ejaan: SITI SETYO-WATI


Ejaannya:
yg atas: HORA-SIO DOS SAN-TOS
yg bawah: HORA-CIO DOS SAN-TOS



Ejaannya: TABINA KALIS-TA


Ejaannya: DWI RATNA CAHYA-NI


Ejaannya: MUS-TIKA AYU PER-WITA-SARI


Ejaannya: ABRIA-RENI SOLIKH-KHAH MADYA ASMARA 


Yg atas: LEO DE JESUS
Yg bawah: LEONI-TO DE JESUS
 



Ejaannya: BISMA SWAN-DITA PRATAMA

Sumber :
Facebook

Conscript : Aksara Wansagraf - 3

Konsep Wansagraf Bagian 3 - Variasi Bentuk Huruf Wansagraf

 

Setelah mempelajari bentuk-bentuk dasar dari setiap huruf Wansagraf, baik konsonan maupun vokal, pada dua tulisan sebelumnya, maka tulisan ini akan dilanjutkan dengan membahas variasi bentuk huruf yang membuat aksara Wansagraf menjadi unik. Menguasai tentang variasi bentuk ini akan membuat penulisan aksara Wansagraf menjadi lebih efisien dan lebih menarik. 

Macam-Macam Bentuk Huruf

Setiap huruf Wansagraf, baik konsonan maupun vokal, memiliki setidaknya 4 bentuk, yaitu:
  1. Bentuk stand-alone atau berdiri sendiri
  2. Bentuk gabungan normal
  3. Bentuk gabungan datar
  4. Bentuk gabungan tegak
Untuk vokal, masih ada 4 (empat) macam bentuk lagi, yaitu:
  1. Bentuk stand-alone alternatif
  2. Bentuk morph bawah
  3. Bentuk morph tegak
  4. Bentuk morph konsonan
Walaupun ada begitu banyak bentuk, namun antara bentuk yang satu dengan yang lain masih terlihat adanya kemiripan maupun koneksitas sehingga tidak terlalu susah untuk dikenali.

Variasi Bentuk Konsonan

Untuk huruf konsonan, meskipun memiliki beberapa variasi bentuk namun semuanya tetap mempertahankan bentuk dasarnya yang berasal dari Sandi Kotak. Dengan demikian, meskipun ditulis dalam bentuk yang berbeda namun tetap mudah untuk dikenali.

Bentuk stand-alone dan bentuk gabungan normal dari huruf konsonan hampir dikatakan sama saja, walaupun bentuk gabungan normal umumnya cenderung agak lebih pipih. Kedua bentuk ini ditandai dengan ukuran lebar dan tinggi huruf yang tidak jauh berbeda atau bahkan sama. Walaupun pada bentuk gabungan normal secara umum tingginya selalu lebih besar daripada lebarnya, namun perbedaan itu tidak terlalu banyak.

Sementara itu bentuk gabungan datar dari konsonan ditandai dengan bentuk huruf yang pipih mendatar, atau melebar namun rendah. Sedangkan bentuk gabungan tegak dari konsonan ditandai dengan bentuk huruf yang pipih tegak, atau tingginya jauh lebih besar dari lebarnya. Untuk dekorasi huruf, secara umum ditulis berdampingan secara mendatar untuk semua bentuk. Namun khusus untuk bentuk gabungan tegak, dekorasi huruf dapat ditulis berdampingan secara tegak dari atas ke bawah.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut:



Gambar tersebut hanya memperlihatkan konsonan primer dan konsonan sekunder saja. Untuk konsonan yang lain tinggal menyesuaikan bentuk dekorasinya saja. Perhatikan bahwa untuk konsonan berdekorasi, bentuk tegaknya dapat memiliki beberapa variasi penulisan dekorasinya.

Variasi Bentuk Vokal

Bentuk huruf vokal dalam Wansagraf jauh lebih variatif daripada huruf konsonan. Terlebih lagi dengan adanya beberapa bentuk morph yang intinya sebenarnya agar penulisan menjadi lebih jelas atau lebih padat. Namun kembali lagi bahwa di balik perubahan bentuk itu terdapat filosofi yang melatarbelakanginya, sehingga jika paham hal itu maka menjadi mudah untuk menghapalkannya.

Berikut ini bentuk huruf vokal yang stand-alone. Penulis dapat memilih salah satu dari beberapa bentuk yang ditawarkan, biasanya didasarkan pada nilai estetika.



Bentuk gabungan normal dari huruf vokal sudah pernah diperlihatkan pada tulisan sebelumnya, namun akan ditampilkan lagi di tulisan ini supaya lebih jelas. Bentuk gabungan normal dan bentuk gabungan datar pada huruf vokal Wansagraf sama baik tata cara penulisan maupun kegunaannya. Kedua bentuk ini sama-sama ditandai dengan adanya garis tegak membelah di tengah-tengahnya. Kegunaannya adalah untuk menyertai huruf konsonan bentuk normal dan datar. Berikut ini adalah gambarnya:



Bentuk gabungan tegak dari huruf vokal digunakan untuk menyertai huruf konsonan bentuk tegak juga. Ciri-cirinya adalah bentuknya yang hanya berupa satu garis atau garis-garis sejajar tanpa ada garis yang membelahnya seperti pada bentuk normal atau datar. Banyaknya garis dan posisi kurang lebih sama dengan bentuk normal atau datarnya. Berikut ini adalah gambarnya:

 

Sumber :

Conscript : Aksara Wansagraf - 2

Konsep Wansagraf Bagian 2 - Huruf Vokal dalam Wansagraf


Pada tulisan bagian pertama telah disebutkan hubungan antara konsonan dalam Wansagraf dengan Sandi Kotak. Bagian ini akan melanjutkan pembahasan dengan menerangkan tentang huruf vokal dalam Wansagraf.

Macam Huruf Vokal

Vokal dalam Wansagraf dituliskan dengan caranya sendiri, dan sebagai tambahan dalam Wansagraf bukan hanya 5 vokal seperti dalam Bahasa Indonesia, namun terdapat hingga 8 huruf vokal. Kedelapan vokal tersebut adalah A, I, U, E normal (seperti dalam bEcak), E tajam (seperti dalam bEbEk), E lemah (seperti dalam bEras), O lemah (seperti dalam bOla) dan O tajam (seperti dalam bOcOr).

Penulisan Normal

Dalam bentuk normal, sebuah vokal dituliskan sebagai satu atau dua garis mendatar pada sebuah garis tegak, lalu dirangkai dengan satu atau dua konsonan. Fungsi garis tegak di sini adalah untuk menghubungkan huruf vokal dan konsonan yang menyertainya. Letak dan jumlah dari garis mendatar menentukan vokal mana yang dituliskan. "Letak" yang dimaksud di sini adalah posisi garis mendatar relatif terhadap garis tegak atau terhadap konsonan yang menyertainya.

Pengelompokan Vokal

Huruf A, I dan U dimasukkan dalam kelompok vokal yang dinamakan sebagai Vokal Satu Garis. Kelompok vokal ini ditulis menggunakan sebuah garis tunggal, dengan huruf A normalnya ditulis di atas, huruf I ditulis di tengah, sedangkan huruf U ditulis di bawah.

Ketiga huruf E dimasukkan dalam satu kelompok dengan nama Vokal Dua Garis Dekat. Kelompok vokal ini ditulis menggunakan dua buah garis berdekatan yang selalu sejajar. Huruf E normal ditulis di atas, huruf E tajam ditulis di tengah, dan huruf E lemah ditulis di bawah.

Kedua huruf O dimasukkan dalam kelompok bernama Vokal Dua Garis Pisah. Kelompok vokal ini ditulis menggunakan dua buah garis yang terpisah. Huruf O lemah ditulis dengan satu garis di atas dan satu garis bisa di tengah atau di bawah. Huruf O tajam ditulis dengan satu garis di tengah dan satunya lagi di bawah.

Berikut ini gambar huruf-huruf vokal pada Wansagraf dalam bentuk normalnya. Tanda kotak tipis yang ada di situ menyimbolkan konsonan yang menyertainya.



Dalam gambar di atas terlihat bahwa ada beberapa huruf vokal memiliki dua bentuk. Secara teoritis, keduanya sama saja dan dapat saling dipertukarkan. Namun, jika dilihat dari segi artistik-nya, maka terkadang harus dipilih salah satu dari kedua bentuk tersebut. Pemilihan itu sangat tergantung pada huruf vokal yang menyertainya. Misalnya untuk selain konsonan primer, huruf I dan E tajam sebaiknya ditulis dengan bentuk kedua karena di tengah-tengah huruf dapat untuk meletakkan dekorasi.

Pada kenyataannya nanti, setiap huruf vokal dapat memiliki hingga 8 (tujuh) bentuk, tergantung dari kondisi penulisannya. Namun meskipun banyak, masih dapat dilihat kemiripan atau koneksitas dengan bentuk normalnya tadi, sehingga tetap akan mudah dipelajari.

Ke depannya, sedang dipikirkan untuk membuat diftong (dua vokal yang diucapkan sekaligus, semacam au, ai, dan oi) dapat ditulis sebagai vokal juga. Rencananya adalah menggunakan kelompok Vokal Tiga Garis.

Sumber :

Conscript : Aksara Wansagraf - 1




WANSA-GRAF ADAlah seBUAH AKSARA BUATan YANG IDEnya diKEM-BANGkan DARI SANDI KOTAK. DENGAN WANSA-GRAF, KATA KATA BAHASA INDO-NESIA DAPAT diTULIS DENGAN CARA YANG MIRIP AKSARA KOREA NAMUN meMILIKi TAM-PILan YANG MIRIP AKSARA CINA

Konsep Wansagraf Bagian 1 - Wansagraf dan Sandi Kotak


Tentang Sandi Kotak

Salah satu macam Sandi yang dikenal dalam Gerakan Pramuka adalah Sandi Kotak. Sandi ini adalah sandi yang paling terkenal setelah Sandi Morse. Sandi Kotak dibuat dengan menyusun huruf-huruf latin ke dalam ruang yang terbentuk dari garis-garis yang di saling silangkan, lalu mengambil bentuk ruang tempat huruf diletakkan tersebut untuk mewakili huruf yang terkait.

Sandi Kotak yang dikenal ada 3 macam, walaupun tidak dibatasi hanya segitu. Ilustrasinya dari ketiga macam Sandi Kotak itu dapat dilihat dari beberapa gambar di bawah ini.







Penyesuaian di Wansagraf

Wansagraf menggunakan konsep yang mirip dengan Sandi Kotak II, dimana setiap ruang diisi dengan 3 (tiga) huruf, bahkan ke depannya mungkin direncanakan hingga 4 (empat) huruf. Setiap huruf yang berada dalam ruang yang sama, memiliki bentuk yang sama (sesuai dengan bentuk ruangnya) namun memiliki "dekorasi" atau penanda yang berbeda. Susunan huruf pada Wansagraf saat ini adalah seperti terlihat pada gambar berikut:



Perbedaan susunan huruf pada Wansagraf dengan Sandi Kotak, selain urutan hurufnya, adalah bahwa di Wansagraf hanya konsonan saja yang disusun dalam ruang-ruang tersebut. Terlebih lagi, beberapa konsonan yang dalam Bahasa Indonesia harus ditulis dengan dua huruf, dalam Wansagraf dianggap satu huruf, semacam Ng, Ny, dan Kh. Ke depannya direncanakan akan menampung huruf yang lain, semacam Dh, Bh, Sh, Sy, Ps, dll.

Pengelompokan Huruf Konsonan

Berdasarkan urutan huruf di tiap ruangnya, maka konsonan dalam Wansagraf dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
  1. Konsonan Primer, yang terdiri dari: F, H, L, N, S, K, M, Ng, dan R. Jenis ini ditandai dengan tiadanya dekorasi. Kelompok ini "dianggap" sebagai konsonan yang lebih pas atau sering untuk ditempatkan di belakang suku kata setelah huruf vokal.
  2. Konsonan Sekunder, yang terdiri dari: B, C, J, D, P, G, Y, T, dan W. Jenis ini ditandai dengan dekorasi berupa dua buah garis pendek sejajar miring ke kanan. Kelompok ini "dianggap" sebagai konsonan yang kurang pas untuk ditempatkan di belakang suku kata setelah huruf vokal.
  3. Konsonan Tersier, yang saat ini terdiri dari: Ny, Kh, Z, V, Q, dan X. Jenis ini ditandai dengan dekorasi berupa dua buah garis pendek yang saling berhadapan. Kelompok konsonan yang jarang dipakai dan serapan bahasa asing.
  4. Konsonan Kuarterner, yang saat ini belum dipakai. Jenis ini ditandai dengan dekorasi berupa dua buah garis pendek sejajar miring ke kiri. Kelompok konsonan serapan bahasa asing yang sangat sangat jarang digunakan.
Letak atau posisi dekorasi pada konsonan secara default adalah di tengah-tengah huruf, namun boleh dituliskan di atas, di bawah, atau di samping (untuk kondisi tertentu) tergantung dari bentuk hurufnya.

Berikut ini gambar dari konsonan-konsonan Wansagraf dalam bentuk normal atau stand-alone:









Pengelompokan huruf konsonan juga dapat berdasarkan pada posisinya dalam "kotak ruangan" pembentuknya. Dengan cara ini maka konsonan yang ada di bagian atas disebut sebagai kelompok Konsonan Atas, meliputi F, B, H, C, Ny, L, J dan Kh. Konsonan di bagian bawah dikelompokkan dalam Konsonan Bawah, meliputi M, Y, Ng, T, R, W dan X. Serupa dengan itu, ada juga kelompok Konsonan Kiri yang meliputi huruf F, B, N, D, Z, M dan Y. Sedangkan kelompok Konsonan Kanan meliputi L, J, Kh, K, G, Q, R, W dan X. Kelompok konsonan yang di tengah dibagi menjadi Konsonan Tengah Tegak (H, C, Ny, S, P, V, Ng dan T) dan Konsonan Tengah Datar (N, D, Z, S, P, V, K, G dan Q).

Selain itu kelompok yang berdasakan posisi tersebut masih dapat dispesifikkan lagi menjadi kelompok Konsonan Kiri Atas (F dan B), Konsonan Atas Tengah (H, C dan Ny), Konsonan Kanan Atas (L, J dan Kh), Konsonan Kiri Tengah (N, D dan Z), Konsonan Pusat (S, P dan V), Konsonan Kanan Tengah (K, G dan Q), Konsonan Kiri Bawah (M dan Y), Konsonan Bawah Tengah (Ng dan T), dan Konsonan Kanan Bawah (R, W dan X).

Jangan tanya kenapa kok urutan huruf-nya seperti itu... alasannya tersebar dalam rentang waktu lebih dari satu dekade (dari tahun 1995). Yang jelas untuk konsonan primer dan sekunder udah terlanjur urutannya seperti itu, namun utk konsonan tersier dan kuarterner msh ada kemungkinan berubah urutannya. Konsonan primer itu konsepnya adalah konsonan yg lebih sering diletakkan sebagai huruf mati di belakang suku kata (setidaknya menurut saya dulu), seperti cheF, caH, baL, baN, kuS, saK, kuM, ciNG, ruM. Konsonan sekunder adalah konsonan yg lebih sering di depan suku kata (setidaknya menurut saya dulu, hehe..), seperti: Bas, Cor, Jek, Don, Pul, Gun, Mal, Tur, Wis. Konsonan Tersier dan Kuarterner adalah yg jarang digunakan.

Sumber :