Minggu, 23 April 2017

Tabel Evolusi Aksara

ISENG BANGET MEMBUAT TABEL BEGINIAN.

Saat kecil saya nonton ketoprak di TVRI, kisah Ajisaka menciptakan Aksara Jawa yang berjumlah 20. Sekarang di era informasi saya baru tahu kalau Aksara Jawa sebenarnya lebih dari 20.

Selain itu, terciptanya Aksara Jawa juga melalui proses EVOLUSI PANJANG dari Aksara Brahmi yang dulu dipakai pada zaman Raja Ashoka di India. Jadi soal kisah Ajisaka yang mak-bedunduk menciptakan Aksara Jawa yang 20 itu saya anggap dongeng perlambang saja.

Aksara Brahmi sendiri berkembang menjadi dua rumpun. Rumpun Brahmi Selatan menghasilkan Aksara Pallawa dan aksara Asia Tenggara (termasuk Bali dan Jawa), sedangkan Rumpun Brahmi Utara menghasilkan Aksara Dewanagari yang sekarang tetap dipakai di negara India.

Lalu Aksara Brahmi asalnya dari mana? Untuk saat ini masih hipotesis bahwa Aksara Brahmi adalah hasil perkembangan Abjad Phoenicia. Kata Mbah Wiki begitu.










Sumber:

Senin, 17 April 2017

Dayok Nabinatur


Suku Simalungun merupakan salah satu suku adat batak yang menetap di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Setiap suku tentunya memiliki makanan khasnya masing masing. Demikian pula dengan Simalungun, ada beberapa jenis makanan yang merupakan khas dari Simalungun, dari sekian banyaknya kuliner khas Simalungun, salah satunya adalah Dayok Nabinatur.

Dalam artian secara langsung ke dalam bahasa Simalungun, Masakan ini bisa diartikan sebagai, Dayok (Ayam) yang disusun secara Nabinatur (teratur). Pengertian dari “disusun” yaitu cara memotong bagian tubuh, dari ayam yang teratur dan nantinya akan disusun dalam sebuah tempat penghidang dengan susunan yang teratur layaknya seperti susunan Ayam tersebut ketika masih hidup. Selain enak dan lezat masakan ini juga mengandung makna yang mendalam karena didalamnya terdapat pengaruh adat yang sangat kental. Sepertinya makanan ini cukup menarik untuk dicoba.

Selain sebagai hidangan acara keluarga dan acara adat, Masakan ini juga biasanya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai pemberian kepada seseorang atau kelompok sebagai bentuk ucapan terima kasih dan rasa syukur serta doa dengan harapan orang yang menerima tersebut diberikan kesehatan oleh Sang Pencipta, memiliki keteraturan dalam hidupnya dan semangat dalam menjalani makanan ini ini kepada seseorang sering di sebutkan kata-kata khusus dari bahasa setempat seperti, “Sai andohar ma songon paratur ni Dayok Nabianur On”  yang mempunyai arti semoga seperti keteraturan dari ayam yang diatur ini.

Sesuai dengan nama masakan ini, Dayok yang berarti ayam. Maka tentunya masakan ini merupakan olahan dari daging ayam. Biasanya Ayam yang digunakan adalah Ayam Jantan Kampung, Ayam jantan sebagai simbol dari kegagahan, kekuatan, semangat, kerja keras, pantang menyerah dan kewibawaan. Dengan diolah dengan berbagai jenis rempah/bumbu yang khas, tentunya makanan ini patut kalian coba jika berkunjung ke Simalungun.

Pada umumnya makanan ini diolah dalam dua proses memasak, yaitu dipanggang dan juga Digulai atau sering disebut sebagai ilompah. Ada pula tips / resep cara membuat masakan Dayok Nabinatur khas Simalungun ini sebagai berikut.

Bahan-bahan / Bumbu:
(1) Ayam Kampung 1 ekor
(2) Sikkam/Holat  (Kulit batang daun salam)
(3) Kelapa parut 1 buah
(4) Lengkuas 2 cm
(5) Jahe 1 cm
(6) Serai 5 batang
(7) Bawang merah 5 siung
(8) Bawang putih 2 siung
(9) Daun salam secukupnya
(10) Lada secukupnya
(11) Cabe merah/rawit secukupnya
(12) Darah ayam yang di sisihkan (jika tidak biasa menggunakan darah, cukup dengan santan yang dicampur dengan perasan sikkam)

Cara Membuat :
(1) Setelah ayam disembelih, bagian ayam dipotong sesuai dengan susunan bagian tubuh ayam.
(2) Ambil daging pada bagian dada ayam (untuk di cincang halus jadi Hinasumba), sisihkan.
(3) Haluskan semua bumbu-bumbu (lengkuas, jahe, bawang merah, bawang putih, lada) kecuali serai cukup memarkan saja.
(4) Tumis bumbu yang telah di haluskan, batang serai dan daun salam di dalam kuali kemudian masukkan potongan daging ayam beserta bagian dalamnya yang telah di bersihkan.
(5) Tunggu kurang lebih 10 menit (setengah matang), kemudian masukkan kelapa parut yang sudah di sangrai terlebih dahulu. Biarkan selama  30 menit sampai ayamnya matang, lalu angkat.

Sumber:
(sahabatjrsaragih.com)

#Horas
#AksaraBatak
#AksaraDiNusantara
#MakananEnak

Senin, 10 April 2017

Bahasa Suryani

Suryani Purba, Bahasa Awal umat manusia

Sebagian dari umat Islam yang ta’asub dengan ke-Arab-an menyatakan bahwa semua bahasa di dunia ini berasal dari bahasa Arab. Mereka menggunakan banyak sekali argumen yang bisa menguatkan pendapat mereka. Mungkin saja pendapat mereka itu benar. Tetapi tunggu dulu, pernahkah mereka meneliti sabda Rasulullah saw berikut ini:

يَا أَبَا ذَرٍّ أَرْبَعَةٌ سُرْيَانِيُّونَ آدَمُ وَشِيثُ وَأَخْنُوخُ وَهُوَ إِدْرِيسُ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ خَطَّ بِالْقَلَمِ وَنُوح
Wahai Abu Dzar, ada 4 Nabi yang berasal dari bangsa Suryani, yakni Adam, Syits; Akhnukh; yakni Idris, yaitu orang yang pertama kali menulis dengan pena; dan Nuh.
(Shahih Ibnu Hibban no 361)

Kata  سريانين adalah bentuk jama' dari kata سرياني. Kata سرياني identik dengan kata عربي. Sementara kata عربي selain bisa berarti bangsa Arab, juga bisa berarti bahasa Arab. Dengan demikian, mereka berempat menggunakan bahasa Suryani.

Bangsa Suryani identik dengan Dinasti Surya (tradisi Hindu), yakni sebuah nisbat kepada Kerajaan-kerajaan kuno yang berpusat di Mesopotamia yang meliputi Sumeria, Akkadia, Asyiria, Babilonia. Hal ini dikarenakan pusat peradaban manusia awal berada di sana. Selanjutnya dari sana (mesopotamia) manusia menyebar ke berbagai penjuru dunia membentuk peradaban-peradaban yang baru. Di Mesir mereka membentuk Kerajaan Firaun, di mana kebanyakan yang menjadi raja mereka adalah keturunan Qibti bin Misraim bin Ham bin Nuh as. Di India mereka membentuk kerajaan-kerajaan Kuno di India, di mana kebanyakan yang menjadi raja mereka adalah keturunan Hind bin Kush bin Ham bin Nuh. Begitu pula dengan wilayah lainnya.

Wilayah di mana bahasa Suryani Purba dituturkan:


Tentu saja bahasa Suryani yang dipakai oleh nabi Adam adalah bahasa Suryani purba. Yakni bahasa yang digunakan sebelum kerajaan-kerajaan tersebut terbentuk. Tulisan yang dipakai oleh keempat rasul tersebut tentulah berbeda dengan tulisan Suryani yang kita kenal saat ini.

Adapun bahasa Arab baru digunakan sekitar masa Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Iram bin Sam bin Nuh, sebagaimana sabda Nabi saw:

وَأَرْبَعَةٌ مِنَ الْعَرَبِ: هُودٌ، وَشُعَيْبٌ، وَصَالِحٌ، وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
 
Dan empat orang Nabi yang berasal dari Arab, yakni Hud, Syuaib, Shalih dan Nabimu Muhammad saw.
(Shahih Ibnu Hibban no 361)

Kurang lebih seperti berikut ini:
Bahasa Suryani Purba lama-lama menjadi Bahasa Mesopotamia. Bahasa Mesopotamia membentuk bahasa Semitik, Yafetik dan Hamitik. Bahasa Semitik bercabang menjadi Suryani dan Aramaic. Dari Aramaic inilah bahasa Arab dan Ibrani muncul. Begitu pula dengan bahasa lainnya. Bahasa tersebut terbentuk karena adanya sebuah peradaban dalam sebuah masyarakat. Tiap kelompok masyarakat memiliki bahasa dan dialek yang berbeda-beda. Meskipun demikian kita bisa melacak bahwa semua bahasa yang ada di dunia ini saling berkaitan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

ABJAD SURYANI

Simbol-simbol ini digunakan juga dalam pembuatan wafaq atau pengisian ilmu hikmah. Seorang penganut ilmu hikmah untuk melaksanakan suatu keilmuan ada memakai 2 (dua) metode. Yang pertama yaitu dengan membaca ayat2 suci sebagai wiridan (diualang-ulang dengan jumlah tertentu pada waktu tertentu), yang kedua yaitu menggunakan ilmu hikmah melalui ayat2 yang dituliskan pada media tertentu atau biasa diistilahkan dengan ilmu rajah.

Ilmu rajah sendiri adalah ilmu esoteric yang rumit, intinya adalah bagaimana caranya mengakses energi tertentu melalui tulisan2 atau kode2 tertentu yang dituliskan pada media tertentu (biasanya medianya kertas, kain, daun, logam seperti emas-perak-tembaga dan lainnya) apabila sudah jadi maka ini namanya WIFIQ/WAFAQ/AZIMAH. Rajah ada juga yang dituliskan pada bagian tertentu dari tubuh manusia atau ditubuh manusia dengan fungsi yang berbeda-beda. Alat penulisan rajah sangat beragam yaitu dari besi, tembaga, kayu, batu, kristal, tulang hewan,bahkan zaman modern seperti sekarang ini malah lebih banyak lagi alat yang dapat dijadikan sarana menulis rajah mulai pena biasa dengan tinta za’faron, misik, kasturi, air mawar dan sebagainya.Ada juga dengan sablon maupun fhoto copy atau skenner. Begitu luas perkembangannya seiring perkembangan zaman.

Tapi pernahkah anda berfikir bagaimana tingginya makna dan tujuan dari suatu angka atau huruf maupun goresan dari sebuah rajah yang dijadikan sebuah azimat?

Menurut keterangan dari para Ulama’ yang masyhur, wifik adalah rahasia rajah atau lambang huruf dan angka arab maupun lambang yang masih terputus-putus sebelum terjadinya kitab-kitab, mulai dari Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi Muhammad SAW, yang terdiri dari empat kitab: 1. Taurat, 2. Zabur, 3. Injil, 4. Alqur’an. (Empat kitab) inilah yang diturunkan dari “langit”, diterima oleh Rasul Allah untuk kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Dan empat kitab tersebut diatas sebelum dibukukan masih dalam keadaan tepisa-pisah. Kadang-kadang tertulis di batu-batu, di daun-daun, kulit-kulit kayu dan ada juga di bunga-bunga atau dipohon-pohon. Semua itu merupakan kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan pada umatnya agar umatnya mengetahui. Bahkan yang sangat rahasia lagi ialah pada zaman Nabi Adam Alaihisalam, karena di waktu itu merupakan permulaan adanya huruf dan angka.

Wifik adalah ilmu tentang huruf-huruf alqur’an yang setiap huruf mempunyai arti dan jumlah tertentu. Ilmu ini terdapat dalam kitab-kitab toriqoh. Kertas yg diwifiq huruf-huruf tertentu mempunyai arti atau perlambang ayat tertentu dari alqur’an, guna mendapatkan faedah dari ayat tersebut dengan berkat izin Allah. Ada juga rajah abjad dengan huruf tangga berasal dari huruf Shyriani dan Ibrani.

Berikut ini rajah abjad dan angka yang selalu terdapat pada sebuah azimat. Semua huruf-huruf memiliki nilai yang sama dengan angka dan mengandung persamaan dengan simbol-simbol.




Contoh:




Sumber: