Kanon Pali atau Tipitaka berarti tiga keranjang penyimpanan Kanon
(Kitab Suci). Selama beberapa abad sabda-sabda Sang Buddha disampaikan
dengan turun temurun dengan lisan saja, yaitu dengan jalan
menghafalkannya di luar kepala. Ajaran Sang Buddha dibukukan beberapa
ratus tahun setelah Sang Buddha mencapai Parinibbana.
Segera setelah Buddha Gotama mencapai Parinibbana, diadakanlah Sidang
Agung (Sangha-samaya) pertama di Gua Satapana, di kota Rajagaha (343
S.M.). Sidang ini dipimpin oleh Y.A. Kassapa Thera. Sidang ini dihadiri
oleh 500 orang bhikkhu yang semuanya telah mencapai tingkat Arahat.
Sidang ini bertujuan menghimpun ajaran-ajaran Buddha Gotama yang
diberikan di tempat-tempat yang berlainan, pada waktu-waktu yang berbeda
dan kepada orang-orang yang berlainan pula selama 45 tahun. Dalam
sidang tersebut Y.A. Upali mengulang tata tertib bagi para bhikkhu dan
bhikkhuni (Vinaya) dan Y.A. Ananda mengulang khotbah-khotbah (Sutta)
Buddha Gotama. Ajaran-ajaran ini dihafalkan di luar kepala dan diajarkan
lagi kepada orang lain dari mulut ke mulut.
Sidang Agung kedua diselenggarakan di kota Vesali lebih kurang 100
tahun kemudian (kira-kira 43 S.M.). Sidang ini diadakan untuk
membicarakan tuntutan segolongan bhikkhu (golongan Mahasangika), yang
menghendaki agar beberapa paraturan tertentu dalam Vinaya, yang dianggap
terlalu keras, diubah atau diperlunak. Dalam sidang ini golongan
Mahasangika memperoleh kekalahan dan sidang memutuskan untuk tidak
mengubah Vinaya yang sudah ada. Pimpinan sidang ini adalah Y.A. Revata.
Lebih kurang 230 tahun setelah Sidang Agung pertama, diselenggarakan
Sidang Agung ketiga di ibu kota kerajaan Asoka, yaitu Pataliputta.
Sidang ini dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta dan bertujuan
menertibkan beberapa perbedaan pendapat yang menyebabkan perpecahan di
dalam Sangha. Di samping itu, sidang memeriksa kembali dan
menyempurnakan Kanon (Kitab Suci) Pali. Dalam Sidang Agung ketiga ini,
ajaran Abhidhamma diulang secara terperinci, sehingga dengan demikian
lengkaplah sudah Kanon Pali yang terdiri atas tiga kelompok besar,
meskipun masih belum dituliskan dalam kitab-kitab dan masih dihafal di
luar kepala. Golongan para bhikkhu yang terkena penertiban meninggalkan
golongan Sthaviravada (pendahulu dari golongan yang sekarang dikenal
sebagai Theravada) dan mengungsi ke arah Utara.
Sidang Agung keempat diselenggarakan di Srilanka pada 400 tahun
setelah Sang Buddha Gotama mangkat. Sidang ini berhasil secara resmi
menulis ajaran-ajaran Buddha Gotama di daun-daun lontar yang kemudian
dijadikan buku Tipitaka dalam bahasa Pali. Kitab Suci Tipitaka terdiri
atas :
A. Vinaya Pitaka
B. Sutta Pitaka
C. Abhidhamma Pitaka
A. Vinaya Pitaka
B. Sutta Pitaka
C. Abhidhamma Pitaka
Berikut ini disampaikan ringkasan kumpulan kotbah Sang Buddha yang hingga saat ini telah tersedia dalam bahasa Indonesia.
Vinaya Pitaka
Sutta Pitaka
Abhidhamma Pitaka
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar