Jauh sebelum kita mengenal Aksara Latin yang kita kenal dari Bangsa Barat, Nusantara sudah mempunyai aksara sendiri. Di masa lalu, Aksara Kawi dipakai di seantero nusantara, dan setelah Majapahit mengalami keruntuhan (Sirna ilang kretaning bumi = Tahun 1.400), seperti efek domino, disetiap tempat mengembangkan sendiri sistem penulisan mereka yang bersumber dari Aksara Kawi.
Kebanyakan Aksara Daerah mengikuti Aksara Kawi tanpa gantungan (tanpa pasangan) sehingga lebih mudah dan sederhana dalam penulisannya. Sedangkan untuk Aksara Jawa dan Bali masih tetap mengikuti pola kawi, yaitu menggunakan gantungan (Aksara Sunda Modern bisa ditulis baik dengan maupun tanpa gantungan).
Aksara Jawa sendiri adalah metamorfosis langsung dari Aksara Kawi, dimana setiap Aksara Kawi disatukan langsung dengan taling-tarung (vokal O) sehingga setiap satu Aksara Jawa akan langsung memiliki dua ucapan vokal yaitu A Indonesia (seperti A pada kata KUDA) dan A Jogja-Solo (Seperti O pada kata KOTOR).
Untuk ucapan vokal sendiri, dalam taling-tarung Jawa juga bisa memiliki dua ucapan vokal, yaitu O biasa (seperti O pada kaka BOLA) dan O miring (seperti pada kata KOTOR). Dalam bahasa Jawa sendiri juga dikenal Vokal Jejeg dan Miring, dimana vokal I bisa terbaca E dan sebaliknya. Sehingga banyak kasus dimana Orang Jawa sendiri mengalami kesulitan menuliskan bahasa Jawa dengan huruf latin, misalnya Coro (kecoak) dan Cara (cara), lara (sakit) dan loro (dua). Ini barulah puncak Gunung Es di tengah lautan.
Kembali pada Aksara-aksara daerah di Nusantara, berikut daftar perbandingan Aksara-aksara daerah yang paling familiar di nusantara :
Aksara Jawa sendiri adalah metamorfosis langsung dari Aksara Kawi, dimana setiap Aksara Kawi disatukan langsung dengan taling-tarung (vokal O) sehingga setiap satu Aksara Jawa akan langsung memiliki dua ucapan vokal yaitu A Indonesia (seperti A pada kata KUDA) dan A Jogja-Solo (Seperti O pada kata KOTOR).
Untuk ucapan vokal sendiri, dalam taling-tarung Jawa juga bisa memiliki dua ucapan vokal, yaitu O biasa (seperti O pada kaka BOLA) dan O miring (seperti pada kata KOTOR). Dalam bahasa Jawa sendiri juga dikenal Vokal Jejeg dan Miring, dimana vokal I bisa terbaca E dan sebaliknya. Sehingga banyak kasus dimana Orang Jawa sendiri mengalami kesulitan menuliskan bahasa Jawa dengan huruf latin, misalnya Coro (kecoak) dan Cara (cara), lara (sakit) dan loro (dua). Ini barulah puncak Gunung Es di tengah lautan.
Kembali pada Aksara-aksara daerah di Nusantara, berikut daftar perbandingan Aksara-aksara daerah yang paling familiar di nusantara :
Sumber :
- Diskusi di Grup Sinau Nulis Jawa
- Pengalaman Pribadi di lapangan
- Terlampir