Minggu, 07 Juni 2015

Seni dalam Kaligrafi Arab

Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι “keindahan” + γραφος “menulis” ) Bahasa Jepang Nihongo 日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan jenis seni dalam Kaligrafi Arab.


Naskhi (Naskh) adalah salah satu skrip yang paling awal berkembang. Kemudian mendapatkan popularitas setelah didesain ulang oleh kaligrafer terkenal Ibnu Muqlah di abad ke-10. Karena sistem yang komprehensif Ibn Muqlah tentang proporsi, gaya Naskh menampilkan baris yang sangat ritmis. Naskh kemudian telah direformasi oleh Ibn al-Bawaab dan lain-lain ke dalam script elegan layak Al-Quran – dan kebanyakan Alquran telah ditulis dengan Naskh dari pada semua skrip yang lain. Karena script ini yang relatif mudah untuk membaca dan menulisnya, Naskh menarik, khususnya untuk masyarakat umum. Naskh biasanya ditulis dengan batang horizontal pendek – dan dengan kedalaman vertikal hampir sama di atas dan di bawah garis medial. Kurva yang penuh dan mendalam, lorong lurus dan vertikal, dan kata-kata umum dengan spasi yang baik. Saat ini, Naskh dianggap script tertinggi untuk hampir semua umat Islam dan Arab di seluruh dunia.


Dinamakan khat Tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam.Thuluth skrip pertama kali dirumuskan dalam abad ke-7 selama khalifah Umayyah, tapi tidak berkembang sepenuhnya sampai akhir abad ke-9. Nama itu berarti ‘sepertiga’ – mungkin karena proporsi garis lurus dengan kurva, atau mungkin karena naskah itu ukuran yang ketiga lain script populer kontemporer. Meskipun jarang digunakan untuk menulis Al Qur’an, Thuluth telah menikmati popularitas besar sebagai skrip hias untuk prasasti kaligrafi, judul, judul, dan kolofon. Hal ini masih yang paling penting dari semua skrip hias. Thuluth script ditandai dengan surat tertulis melengkung dengan kepala berduri. Surat-surat terkait dan kadang-kadang berpotongan, sehingga melahirkan aliran kursif proporsi yang cukup dan sering kompleks. Thuluth dikenal dengan grafis yang rumit dan plastisitas yang luar biasa.



Seni telah bersentuhan dengan jiwa bangsa Iran semenjak dahulu kala sebagai warisan dari nenek moyang mereka bangsa Saman yang sebelum Islam menulis dengan khat Pahlevi. Gaya ini merupakan nisbah ke Pahle, suatu kawasan antara Hamadan, Isfahan dan Azerbaijan. Saat Islam menaklukkan negeri Persia, masyarakat Iran pun memeluk Islam sebagai agama baru mereka. Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan khat Ta’liq. Pada waktu-waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Terutama dua tulisan pertama, kerap disebut Farisi saja mengingat asalnya dari Persia.



Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad TahirKurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-dasar kaidah khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan d zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M. Tujuan awal diciptakannya tulisan ini adalah untuk mempersatukan seluruh kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan. Penciptanya menamakannya Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya dengan khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor admnistrasi surat menyurat Negara. Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditu;is lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat.


Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyaraat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah di mana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan putarannya sehingga tidak satu pun huruf yang tak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.


Kufi adalah script imam yang dominan di masa awal. Saat itu dibuat setelah pembentukan dua kota Muslim Basrah dan Kufah dalam dekade kedua era Islam (AD abad ke-8). Script ini memiliki ukuran proporsional tertentu, bersama dengan kekakuan karena kekurusan diucapkan dan kuadrat. Ini dikenal sebagai al-Khat al-Kufi (Kufi script). skrip Kufi telah berpengaruh besar pada semua kaligrafi Islam. Berbeda dengan vertikal rendah, Kufi memiliki garis horizontal yang diperpanjang. Script ini jauh lebih lebar daripada tinggi. Ini memberinya momentum dinamis tertentu. Script sering dipilih untuk digunakan pada permukaan oblong. Dengan yang Handasi mulia (geometri) konstruksi, Kufi bisa diadaptasi untuk setiap ruang dan bahan – dari kotak sutra ke monumen arsitektur yang ditinggalkan oleh Timur di Samarqand. Karena skrip Kufi tidak dikenakan aturan ketat, ahli kaligrafi itu mempekerjakan hampir tangan bebas dalam konsepsi dan pelaksanaan hias yang bentuk.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar